JAKARTA, RABU - Kebijakan ujian akhir sekolah berstandar nasional atau UASBN untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah akan menjadikan anak sebagai korban dari sistem pendidikan. Pasalnya, pendidikan tidak lagi mengakomodasi kepentingan terbaik anak.
"Pendidikan di sekolah menjadi menegangkan dan menekan anak. Sebab, kelulusan anak akan ditentukan oleh mata pelajaran yang masuk UASBN. Padahal, belajar itu kan suatu proses. Yang dikhawatirkan juga apakah anakyang tidak lulus mau mengulang kembali? Ini bisa menghambat pencapaian wajib belajar sembilan tahun," kata Susilahati, komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada acara debat publik tentang Membedah Kebijakan UASBN 2008 yang digelar KPAI di Jakarta, Rabu (16/4).
Dari survey yang dilaksanakan KPAI di beberapa kota soal persiapan UASBN, kata Susilahati, terlihat kebijakan UASBN terlihat inkonstitusi dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Siswa, guru, dan sekolah dipaksa siap mengikuti UASBN di tengah ketidakmerataan sarana dan prasarana serta proses pendidikan yang berkualitas.
"Banyak anak yang tidak punya buku mata pelajaran UASBN. Anak-anak ditekan dengan pelajaran tambahan dan try out. Ini sangat membebani anak-anak," kata Susilahati.
Mohammad Sobari, budayawan, mengatakan UASBN itu menunjukkan bahwa sistem persekolah tidak bisa mengakomodasi kepentingan anak yang beragam. "Siswa hanya dilihat dari angka-angka yang diperolehnya. Mereka dihakimi gagal, padahal sebenarnya mereka punya potensi lain yang bisa dikembangkan," kata Sobari. (ELN)
saya dilahirkan di sebuah kota yang penuh sesak dengan kepadatan penduduknya yaitu JAKARTA, tepat pada tanggala 8 April 1989 saya dilahirkan ke dunia ini dengan selamat, saya menghabiskan masa TK-SD di daerah ROXY JakPus dan setelah lulus SD orang tua saya memutuskan untuk pindah ke daerah tangerang tepatnya di kawasan komplek pondok bahar jl.garuda III L/48, saya menghabiskan masa SMP-SMA di JakBar, setelah lulus dari SMA saya melanjutkan pendidikan ke salah satu Perguruan Tinggi di Jakarta yaitu UNJ jurusan Manajemen Pendidikan. Dari kecil sampai sekarang cita-cita saya selalu berubah-ubah, dulu ketika TK-SMP saya bercita-cita menjadi seorang pramugari, namun lambat laun keinginan itu berubah, ketika SMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar